Minggu, 30 November 2014

"It's A Wrap!"

Mungkin itu kalimat yang paling ditunggu anggota tim artistik dan produksi, selain puluhan "Cut!" atau "From the top!" yang konstan bergema sedari pagi. Karena tadi, Merchant of Emotion baru saja merampungkan syuting teaser untuk pementasan "Sunset Deity".

Bagian menariknya mungkin, karena kami dapat kesempatan untuk mengabadikan salah satu adegan paling dramatik dalam pementasan Januari nanti dalam medium sinematik. Ada beberapa hal baru nan seru yang kami alami dalam prosesnya, khususnya karena medium film menawarkan beberapa eksplorasi artistik yang berbeda. Ada beberapa bahasa rupa yang harus kami terjemahkan ketika beralih dari panggung ke layar.

Kami mengangkat babak ke-5 dari pementasan Sunset Deity dalam teaser ini, bertajuk "Harrowing Night", yang berkisah tentang pergumulan sang tokoh utama menghadapi  kesendirian dan kekecewaan. Cukup beruntung, kami mendapat kesempatan melibatkan talenta multidisiplin mulai dari tim videografi hingga anggota cheerleaders. Nantikan hasilnya dalam minggu-minggu mendatang! Sementara itu, berikut kami lampirkan beberapa foto behind-the-scenes selama proses syuting.








Minggu, 23 November 2014

Our Website is Up-and-Running!

Simak cuplikan cerita Sunset Deity dalam chapter pertama online storybook Sunset Deity. Memanfaatkan teknik parallax sebagai salah satu medium bercerita. Silakan dilihat di merchantofemotion.com


The beginning has started to tick. Story will unfold as time advances.
Go to www.merchantofemotion.com to meet your newest friend, Sunset Deity. 

Tirai telah terbuka dan cerita sudah akan dimulai!
Cek www.merchantofemotion.com untuk berkenalan dengan Sunset Deity.

Sabtu, 22 November 2014

Panggung dan Hari-hari Di Antaranya

Selamat siang yang makin menghangat!

Sepertinya 'kendala' menjadi menjadi kata yang agak mafhum kami dengar selama proses pra-produksi Sunset Deity ini. Setelah rapat mingguan, koordinasi jarak jauh, korespondensi via email, arrangement latihan dengan casts terlibat, serta tambahan beban kerja klerikal lainnya. Jadi mohon maaf, untuk minggu ini, rasanya tidak ada updates menarik yang bisa kami bagi untuk sementara.

Sedangkan untuk minggu depan, beberapa agenda kegiatan menarik berkenaan dengan proses pra-produksi sudah tercantum dalam kalender kami, termasuk *uhuk* produksi film pendek *uhuk*.

Sampai jumpa!

Sabtu, 15 November 2014

Mengenai Hal-hal yang Hilang dan Terlupakan

Salam hangat,

Mulai petang ini, kisah Sunset Deity dapat disimak melalui website interaktif di laman merchantofemotion.com (atau yang produser utama kami sebut sebagai 'storybook online multimedia' :D). Website ini akan diposisikan sebagai kanal utama dari penuturan kisah Sunset Deity. Disini, kisahnya akan terus diperbaharui secara berkala, dan teman-teman dapat mendaftarkan emailnya untuk updates ketika website diperbaharui.

Lebih jauh, sila buka beberapa akun sosial media dari Merchant of Emotion yang sedang membahas berbagai hal meliputi tahap demi tahap perkembangan dari kami. Di akun Twitter @MerchofEmotion akan dibahas mengenai perubahan identitas Majalah dan Teater EPIK menjadi Merchant of Emotion (dan mengapa ini menjadi penting untuk karya-karya kami selanjutnya). Dalam laman fanpage Facebook Merchant of Emotion teman-teman dapat langsung berinteraksi dengan dengan penggiat pementasan ini, juga beberapa konten visual utama akan dirilis pertama kali melalui kanal ini.

Sedangkan di @merchofemotion, akun Instagram kami, setiap minggunya akan kami bagi ilustrasi adegan-adegan berdasarkan naskah "The Beginning of Sunset". Serta dengan tagar #thingslostandforgotten, teman-teman dapat saling menyimak kisah teman-teman lain berkenaan dengan hal-hal yang telah hilang dan terlupakan. Sejauh ini sudah ada 26 gambar yang dibagi berdasarkan tagar di atas, dan teman-teman dipersilakan untuk turut berbagi cerita. Panduan untuk bergabung dengan kampanye ini kami lampirkan dalam tautan di bawah:

#thingslostandforgotten

Nantikan beberapa kejutan dari kami dalam minggu mendatang. Sampai jumpa!

Sabtu, 08 November 2014

Sekemas Cuplikan di Balik Layar

Sketsa kasar karakter-karakter yang akan muncul dalam 'Sunset Deity'.

Iterasi naskah awal dari Sutansyah Marahakim.

Sabtu, 01 November 2014

Sebuah Ode tentang 'Menjadi Dewasa'.

Salam hangat,

Andai dipermudah, apa yang kami coba rintis bisa jadi terkesan sederhana. 

Kami percaya bahwa cerita yang baik dapat menuturkan tema universal dengan sentimen-sentimen individual. Adalah mungkin untuk meramu komposisi cerita yang amat pop, namun menawarkan definisi baru dalam level filosofis ketika dimaknai lebih dalam. Ada upaya yang kentara bagi kami untuk mencari jalur tengah antara budaya pop (dengan ragam konten luar negeri yang kian akrab dikonsumsi anak muda masa kini) dengan pemaparan ide dan pola pikir baru bagi masyarakat kita. Kami positif dapat membuat penuturan yang menciptakan kedekatan dan mendorong adanya interaksi. Langkah ini kami mulai dengan mulai bercerita dengan narasi yang kami kembangkan sendiri, sebuah ode tentang 'menjadi dewasa', Sunset Deity.

Sunset Deity mengandalkan kedekatan penonton muda Indonesia yang dekat dengan bahasa rupa dan dunia fantasi sebagai jalur masuk ke dalam ceritanya. Di permukaan, Sunset Deity hanya mengisahkan tentang petualangan seorang bocah polos bersama teman dekatnya, untuk menjelajahi berbagai hal baru di dunia yang luas, sebuah narasi tipikal dari banyak kisah sebelum tidur. Namun, kami rasa kisah yang sama dapat dilihat melalui perspektif yang sama sekali berbeda, khususnya apabila ini kembali dinikmati ketika beranjak dewasa. Ada dimensi kontemplasi yang mengundang untuk dipertanyakan. Satu serak cerita dan pertunjukan yang menawarkan dimensi naratif nan personal bagi setiap orang. Dalam cerita ini, kita bisa menyimak build up, ketegangan, puncak dan penutup yang landai nan konklusif, yang dirangkai dengan natural dan jujur. Semuanya dalam ruang imaji yang lapang untuk disaksikan, tersembunyi melalui para karakter khayal. Sebuah ode pengantar tentang ‘menjadi dewasa'.

Sunset Deity merupakan sebuah eksperimen kami, bahwa pementasan teater dalam penuturannya tidak hanya melulu untuk didengar dan disaksikan (yang tentunya bukan hanya pementasan teater yang fasih secara estetis). Dengan paparan yang tepat, cerita dapat menerabas batasan dan berbicara dengan bahasa yang sederhana. Pemaparannya dapat berusaha mendalam, tanpa perlu tenggelam.

Cerita ini akan kami serak dalam bagian-bagian kecil di beberapa kanal berbeda, dengan harapan bahwa kekuatan naratifnya tidak hanya terbatas pada pementasan akhir nantinya saja. Semoga berkenan dan selamat mengikuti!